-->

GIAN RIYANTO

Blog Gado-Gado Milik Gian Riyanto

Kamis, 26 Januari 2017

Detik Maut MAPALA UII

Kisah Tragis 3 Mapala UII yang Berujung Maut di Lawu

Syaits Asyam (19), Muhammad Fadli (19) dan Ilham Nurfadmi Listia Adi (20) tewas usai mengikuti Diklatsar The Grand Camping (TGC) yang digelar Mapala Universitas Islam Indonesia (UII). Cita-cita mereka pun kandas di lereng Gunung Lawu, ini kisahnya:

Tiga mahasiswa UII itu awalnya mengikuti kegiatan TGC di lereng selatan Gunung Lawu di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada 13-20 Januari 2017. Total peserta diksar ada 37 mahasiswa dari berbagai fakultas di UII. Sebanyak 34 peserta laki-laki dan 3 orang perempuan.

Kondisi Asyam, Fadli dan Ilham yang berangkat segar bugar berubah 180 derajat selepas mengikuti pelatihan itu. Mereka dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan karena kondisinya sungguh memprihatinkan. Kabar ini akhirnya sampai ke telinga keluarga para mahasiswa nan malang ini. Bagai disambar geledek, keluarga terpukul melihat kondisi 3 mahasiswa yang menggenaskan.

3 Mahasiswa tewas usai mengikuti kegiatan Diksar Mapala UII

Kepada keluarga, tim dokter mengatakan Asyam mengalami patah tulang di tubuhnya. Dalam kondisi tidak berdaya, Asyam sempat menceritakan peristiwa penganiayaan dan menyebut nama pelaku kepada Ibundanya, Sri Handayani (47). Asyam juga menyampaikan ingin mundur saat Diksar. Teman Asyam, Abyan yang juga jadi korban penganiayaan menyebut Arsyam justru makin dihukum saat meminta mundur. Juara Olimpiade Kimia ini akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.

Sementara itu, Kepala Bagian Humas dan Marketing RS Bethesda Nur Sukawati mengatakan Ilham mengalami pendarahan hebat sebelum meninggal dunia. Petugas IGD menemukan sejumlah luka di tubuh Ilham yang tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2015 asal Lombok NTB ini. Demikian pula dengan Fadli, mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2015 asal Batam yang juga diduga mengalami kekerasan hingga akhirnya meninggal dunia.

Selain 3 mahasiswa tewas, 5 mahasiswa peserta Diksar masih dirawat di rumah sakit. Tewasnya 3 mahasiswa ini membongkar aksi kekerasan di tubuh Mapala UII. Tim investigasi internal UII lalu bergerak dan menemukan adanya dugaan kekerasan.

UII menghentikan sementara kegiatan di luar kampus. UII menegaskan tidak ada keterlibatan pihak luar dalam kegiatan diksar. Panitia Mapala UII juga dilarang pergi ke luar kota. Bagi para pelaku penganiayaan, UII berjanji akan mengeluarkan mereka dari kampus.

Selain investigasi internal, aparat dari Polres Karanganyar sudah mendatangi kampus UII untuk mengumpulkan informasi guna mengusut kasus ini. Demikian pula Ombudsman RI Perwakilan DIY juga turun tangan mengawal kasus meninggalnya tiga mahasiswa ini hingga tuntas.

Berikut 3 kisah tragis itu:
Sri Handayani (47), ibunda (21), sempat berkomunikasi dengan putranya untuk terakhir kali. Dalam kesempatan itu, Handayani bertanya apa dan siapa yang menyebabkan mahasiswa UII tersebut tergolek tak berdaya.

"Dia (Asyam) cerita kronologinya dan saya catat di kertas. Asyam cerita kalau punggungnya disabeti pakai rotan, lehernya berat karena membawa air terlalu banyak, punggung dipukuli 10 kali, diinjak. Dia bilang sakit," kata Sri kepada wartawan di rumahnya di Kelurahan Caturharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Senin (23/1/2017).

Handayani berusaha tegar dan bertanya, kemudian mencatat setiap jawaban Asyam di selembar kertas atas saran seorang dokter. Asyam, kata Handayani, juga berusaha menjawab, meski kondisinya sangat lemah.

"Saya tanya, (dipukuli) siapa? Lalu Asyam sebut nama Yudi," imbuhnya.

Asyam, menurut Handayani, mengaku sudah menyampaikan keinginannya mundur dari kegiatan Diksar. Namun, ditolak panitia. Hal yang sama juga disampaikan rekan Asyam, Abyan. Mahasiswa yang juga jadi korban penganiayaan ini menyebut Asyam justru makin dihukum saat meminta mundur dari kegiatan itu.

Semasa hidupnya, Asyam memiliki banyak prestasi, salah satunya pemenang Olimpiade Kimia di Belanda. Atas prestasi-prestasinya itu, Asyam diundang ke Istana oleh Presiden Joko Widodo tahun 2014 yang lalu. "Jadi dia diundang ke Jakarta oleh Pak Jokowi sebagai anak yang berprestasi," cerita Handayani.

Namun semua tinggal kenangan, tim dokter mengatakan Asyam meninggal akibat mengalami patah tulang di beberapa bagian tubuhnya.

Ilham menjadi peserta ketiga yang meninggal dunia setelah mengikuti kegiatan diksar Mapala UII. Kepada tantenya, Ilham mengaku dipukuli, ditendang, dan dipecut saat menjalani diksar.

"Hanya cerita dia dipukul, diinjak, sama dipecut. Habis itu nggak cerita apa-apa lagi sama saya," cerita tante Ilham, Siti Munawarah (47).

Selain itu, RS Bethesda Yogyakarta menjelaskan kondisi terakhir Ilham sebelum meninggal. Di saat-saat terakhirnya, Ilham mengalami pendarahan hebat.
Kepala Bagian Humas dan Marketing RS Bethesda Nur Sukawati menjelaskan, awalnya Ilham dibawa ke IGD RS Bethesda pada Senin (23/1) pukul 09.39 WIB "Informasi dari temannya, (Ilham) jatuh di kamar mandi kemudian pingsan dan dibawa ke rumah sakit," ujar Nuri.

Saat tiba di IGD, Nuri menceritakan, kondisi Ilham pucat, ada luka dan mengeluh mulas. Petugas IGD kemudian menemukan ada luka-luka di tangan, kaki dan kuku jempol kanan hampir lepas. "(Ilham) kemudian diinfus dan menunggu hasil pemeriksaan laborat (HB dan lain-lain)," imbuh Nuri.

Ilham kemudian dimasukkan ke ruangan VI untuk mendapatkan perawatan intensif pada pukul 13.30 WIB. "Di ruang VI pukul 15.00 WIB, Ilham berak darah karena trauma abdomen. Jam 16.00 WIB milena, dan sempat ditranfusi 1 botol darah," tuturnya.

Kemudian Ilham dikirim ke ICU pada pukul 19.30 WIB dengan diagnosa dokter hematosisia, anemia dan vulnus laceratum. Dengan kondisi tensi Ilham saat itu 80/40 dan nadi 123."Kondisi pasien menurun terus, kemudian meninggal jam 23.20 WIB," tutur Nuri.

Orang tua Ilham, Syafii, menyesalkan kejadian itu. Keluarga meminta kasus ini diusut tuntas dan pelaku diproses hukum. "Bubarkan saja itu (Mapala UII), Pak. Dari awal saya sudah tidak setuju anak saya ikut di sana. Saya menyekolahkan anak saya di UII agar anak saya menjadi saleh dan berguna, bukan seperti ini," kata Syafi'i kepada Rektor UII Harsoyo.

UII membentuk tim investigasi untuk menelusuri fakta di balik tewasnya tiga mahasiswa peserta pendidikan dasar Mapala di Lereng Gunung Lawu. Kegiatan di luar kampus juga dihentikan sementara.

Berdasarkan hasil temuan awal dari tim investigasi internal UII yang telah bekerja sejak 21 Januari 2017, lanjut Harsoyo, terdapat dugaan kekerasan yang dilakukan oleh oknum tertentu selama pelaksanaan kegiatan TGC. Temuan itu didasari pengakuan peserta yang tidak mau disebutkan identitasnya.

"UII menyerahkan sepenuhnya segala proses penyelidikan dalam ranah hukum kepada pihak kepolisian yang berwenang. Dalam hal ini pula UII berkomitmen untuk mendukung penegakan hukum dan siap membantu melancarkan jalannya penyelidikan pihak yang berwenang," kata Rektor UII Dr Harsoyo MSc.

UII juga akan mengeluarkan mahasiswa yang terbukti sebagai pelaku kekerasan. "Apabila terbukti, maka pihak yang melakukan kekerasan akan ditindak tegas sesuai dengan aturan kedisiplinan mahasiswa yang berlaku di UII. Jika pelanggarannya berat, kita keluarkan dari UII," ujar Harsoyo.

Panitia Mapala UII juga dilarang pergi ke luar kota demi kelancaran pemeriksaan kasus ini.

Ini Lokasi Diksar Maut Mapala UII di Lawu yang Digaris Polisi
Polres Karanganyar, Jawa Tengah, memasang garis polisi di tiga tempat terkait tewasnya tiga mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) usai mengikuti diklat di lereng Gunung Lawu. Tiga lokasi itu dipasangi garis polisi untuk kepentingan olah tempat kejadian perkara (TKP).

"Yang rumah itu posko, dimana salah satu korban atas nama Syaits Asyam pada hari ke 3 sempat dirawat di posko tersebut, itu rumah warga," ujar Kapolres Karanganyar AKBP Ade Safri Simanjuntak saat dihubungi detikcom, Rabu (25/1/2017).

Polisi pasang garis polisi di lokasi diksar maut mapala UII.

"Kemudian lokasi kedua yang dipasang garis polisi yaitu tempat camp atau tenda para peserta. "Lokasi ke-3 di tempat praktik mountenering," ujarnya.

Tempat tersebut merupakan lokasi kegiatan TGC di lereng selatan Gunung Lawu di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Diklatsar itu dilakukan pada 13-20 Januari 2017.

Rumah warga yang dijadikan posko, tempat Asyam dirawat di hari ketiga diksar.

Total peserta diklatsar ada 37 mahasiswa dari berbagai fakultas di UII yang terdiri dari 34 peserta laki-laki dan 3 orang perempuan. Tiga mahasiswa UII yang tewas tersebut adalah Syaits Asyam (19), Muhammad Fadli (19) dan Ilham Nurfadmi Listia Adi (20).

"Kebetulan kan mereka ini ada 34 peserta laki-laki, 3 peserta wanita. Mereka dibuat jadi lima regu, satu regu itu ada tujuh sampai delapan orang. Setiap regu diampu tiga atau 4 orang seniornya. Kebetulan tiga orang yang meninggal ini berada dalam satu regu," ujarnya.

Polres Karanganyar olah TKP tewasnya 3 mahasiswa UII 

Hari ini, polisi memeriksa dua orang panitia. Saksi-saksi lain baik peserta maupun panitia atau senior-senior mapala tersebut juga akan didalami polisi.
Selain itu, polisi juga meminta keterangan dua orang ahli pidana hari ini. Sebab, polisi menemukan bukti bahwa ketika mendaftar, para peserta menandatangani surat pernyataan di atas materai Rp 6 ribu.

"(Isinya) bila terjadi kerusakan kuku atau cacat maka pihak mapala tidak tanggung jawab. Ini sedang kita gali keterangan dari ahli, apa pertanggungjawaban pidana dikaitkan dengan surat itu. Dan kita akan lihat juga apakah pembuatan surat itu cacat hukum atau bagaimana," tuturnya.

Peserta Mapala UII Alami Luka, Lemas hingga Gangguan Pernapasan

Seluruh peserta Diksar The Great Camping (TGC) XXXVII mendapat pemeriksaan kesehatan ulang di Rumah Sakit Jogja International Hospital (JIH). Hasilnya, mayoritas mahasiswa mengalami luka lecet luas di seluruh badan.

"Hasil pemeriksaan yang dilakukan mayoritas mahasiswa mengalami luka lecet luas di seluruh badan. Beberapa di antaranya telah terinfeksi," ujar Direktur Utama RS JIH dr Mulyo Hartana, Sp.PD dalam keterangan tertulisnya, Rabu (25/1/2017).

Beberapa di antaranya mengalami diare, infeksi saluran pernafasan, merasa lemas dan pandangan kabur. Pemeriksaan lanjutan ini dilakukan pada Selasa (24/1) di ruang Emergency Unit RS JIH.

Para peserta diksar tersebut mendapat pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap, urine, sampel faces, pemeriksaan radiologi USG, CT-Scan dan Rontgen thorax. "Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa kondisi organ dalam pasien dalam keadaan sehat dan tidak ada masalah," tutur Mulyo.

Dari 32 orang yang diperiksa, 10 orang di antaranya mendapat perawatan intensif di rumah sakit. Sedangkan sisanya diperbolehkan pulang dan diminta kontrol secara periodik dalam 2-3 hari ke depan.

Hari ini, ada beberapa tindak lanjut yang dilaksanakan yaitu CT Scan MRI pada beberapa pasien sesuai indikasi medis. Selain itu, juga ada beberapa hasil pemeriksaan penunjang yang masih ditunggu hasilnya.

"Secara umum 10 pasien yang diobservasi sudah dalam kondisi membaik, stabil, dan menuju penyembuhan, sudah mulai makan dan minum dengan baik," imbuhnya.

3 Peserta Mapala UII Meninggal, Mahasiswa Gelar Doa Bersama

Seratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aksi Solidaritas Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (ASMUII) sore ini menggelar doa bersama. Doa bersama itu digelar atas meninggalnya tiga mahasiswa yang mengikuti pendidikan dasar (diksar) The Great Camping (TGC) di lereng Gunung Lawu, Jawa Tengah.

Pantauan detikcom, aksi digelar di depan Auditorium Prof Dr Abdulkahar Mudzakir di Kampus UII, Jl Kaliurang KM 14,5 Sleman, Rabu (25/1/2017). Aksi diawali dengan membaca surat Yasin bersama-sama.

Koordinator aksi, Maulidi dalam orasinya menyatakan kekerasan dan senioritas bukanlah bentuk pendidikan yang mencerminkan demokrasi dan nilai-nilai Islam yang ditanamkan di kampus UII. Tindak kekerasan maupun senioritas harus dihentikan.

"Kami menolak dan tidak membenarkan pendidikan dengan segala bentuk tindakan kekerasan maupun senioritas di lingkungan kampus UII," katanya.

Mahasiswa UII membacakan pernyataan sikap.

Mereka mendorong Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) UII segera membentuk tim investigasi dan melakukan evaluasi terhadap seluruh kegiatan mahasiswa di UII. Selanjutnya meminta klarifikasi dari Mapala Unisi sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan TGC.

"Mendesak kepada pihak berwajib untuk menegakkan hukum secara objektif dan melakukan perlindungan terhadap semua saksi agar dapat memberikan keterangan sebenar-benarnya," tuturnya.

Kegiatan TGC itu digelar di lereng selatan Gunung Lawu di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada 13-20 Januari 2017. Tiga mahasiswa UII yang tewas tersebut adalah Syaits Asyam (19), Muhammad Fadli (19), dan Ilham Nurfadmi Listia Adi (20).

Ombudsman Minta Polisi Usut Tuntas Kasus Tewasnya 3 Mahasiswa UII

Ombudsman Republik Indonesia (ORI) perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta polisi mengusut tuntas kasus meninggalnya tiga mahasiswa UII. Ombudsman meminta agar penanganan kasus ini dilakukan secara transparan demi keadilan bagi keluarga korban dan rasa keadilan masyarakat.

"Kepolisian seharusnya tidak sulit untuk mengusut dan segera menetapkan tersangka pelaku kekerasan diksar mapala UII itu," kata Ketua ORI DIY Budhi Masturi di kantor Jl RW Monginsidi, Rabu (25/1/2017).

Sebab, lanjut Budhi, para saksi korban sudah menceritakan siapa pelaku kekerasan tersebut. Selain itu, ada catatan yang ditulis oleh Syaits Asyam (19) saat menjalani perawatan di RS Bethesda, Yogyakarta, sebelum meninggal.

"Jadi tidak sulit untuk menetapkan tersangka. Ditambah hasil autopsi dan keterangan ahli (dokter forensik) yang melakukan autopsi. Jika ditemukan kesesuaian, polisi mesti tidak ragu untuk segera menetapkan tersangka," katanya.

Tim investigasi internal UII diharapkan dapat segera menuntaskan hasil pemeriksaan.

"Jika ditemukan dugaan kuat dan diidentifikasi ada panitia yang melakukan kekerasan, pihak UII sebaiknya segera berkoordinasi serta menyerahkan terduga pelaku tersebut kepada kepolisian," katanya.

Budhi menambahkan, dalam pertemuan dengan ORI DIY, Wakil Rektor I memastikan panitia masih berada di Yogyakarta sehingga memudahkan pihak kampus dalam melakukan pemantauan.

"Hal ini dilakukan agar memudahkan proses pemeriksaan maupun dalam koordinasi dengan kepolisian," katanya.

Polisi: Kekerasan pada 3 Mapala UII yang Tewas Sementara Terbukti

Polres Karanganyar, Jawa Tengah, terus mendalami kasus dugaan tindak pidana kekerasan yang menyebabkan tiga mahasiswa UII tewas setelah mengikuti Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) The Great Camping (TGC). Sebanyak 20 saksi dari pihak peserta diklatsar dan keluarga sudah dimintai keterangan.

Selain memeriksa 20 saksi, polisi sudah mengantongi hasil visum salah satu korban bernama Muhammad Fadli (19). Sedangkan untuk dua korban lainnya, Syaits Asyam (19) dan Ilham Nurpadmy Listia Adi, polisi masih menunggu hasil visum resmi dari rumah sakit.

"Sejauh ini kita sudah melakukan pemeriksaan pada 20 orang saksi, baik dalam kapasitas mereka sebagai peserta dan keluarga yang mendampingi korban sebelum meninggal," kata Kapolres Karanganyar AKBP Ade Safri Simanjuntak kepada detikcom, Rabu (25/1/2017) malam.

"Kita juga sudah mendapatkan alat bukti berupa surat keterangan visum et repertum luka dan mayat pada korban bernama (Muhammad) Fadli, yang merupakan korban pertama. Dua korban lain, yaitu Syaits Asyam dan Ilham Nurpadmy Listia Adi, walaupun secara resmi hasil visum dan autopsi belum diterima, tapi kami sudah mendapatkan informasi dari hasil koordinasi dengan pihak rumah sakit," ujarnya.

Dari infomasi yang didapatkan, Ade mengatakan terdapat beberapa luka di sekujur tubuh ketiga korban, bahkan ditemukan juga trauma di kepala korban. Hal tersebut makin menguatkan kepolisian bahwa benar terjadi tindakan kekerasan.

"Intinya, benar ada dugaan tindakan kekerasan dengan adanya luka-luka di sekujur tubuh, memar, dan trauma di kepala bagian belakang. Serta ada gumpalan darah di paru dan rusuk sebelah kiri ada yang patah. Dugaan tindakan kekerasan pada ketiga korban sementara bisa dibuktikan," paparnya.

Tiga mahasiswa UII yang tewas tersebut adalah Syaits Asyam (19), Muhammad Fadli (19), dan Ilham Nurfadmi Listia Adi (20). Mereka tewas setelah mengikuti Diklatsar The Grand Camping (TGC).

Tiga mahasiswa UII itu awalnya mengikuti kegiatan TGC di lereng selatan Gunung Lawu di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada 13-20 Januari 2017. Total peserta diksar ada 37 mahasiswa dari berbagai fakultas di UII, yang terdiri dari 34 peserta laki-laki dan 3 perempuan.

Polisi Periksa Panitia Diksar Maut Mapala UII Senin Pekan Depan

Polsek Karanganyar, Jawa Tengah, berencana memanggil beberapa panitia Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) The Great Camping (TGC), yang menyebabkan kematian tiga mahasiswa UII. Mereka rencananya akan dipanggil pada Senin (30/1) mendatang.

Kapolres Karanganyar AKBP Ade Safri Simanjuntak mengatakan sebenarnya kepolisian sudah melayangkan panggilan kepada 14 anggota panitia diklat tersebut pada Rabu (25/1) kemarin. Namun pemanggilan tersebut urung dilakukan karena koordinasi antara kepolisian dan pihak rektorat UII mengalami jalan buntu. Alasannya, para panitia hanya mau memenuhi panggilan polisi bila ada surat pemanggilan resmi dan ditemani oleh pengacara.

"Hari ini (Rabu kemarin) sebenarnya sudah ada agenda penyidik untuk melakukan pemeriksaan pada 14 panitia untuk diperiksa sebagai saksi. Namun hasil koordinasi dengan (pihak) rektorat untuk menghadirkan mereka menemui kendala, karena dari panitia tidak mau diperiksa kalau tidak ada pemanggilan resmi dari kepolisian. Mereka juga mau didampingi oleh pengacara," kata Ade kepada detikcom, Rabu (25/1).

"Kamis (26/1) akan kita layangkan panggilan resmi untuk kami periksa pada hari Senin," lanjutnya.

Ade menjelaskan Diklatsar The Grand Camping (TGC) diikuti oleh 37 peserta, termasuk tiga korban meninggal, yaitu Syaits Asyam (19), Muhammad Fadli (19), dan Ilham Nurfadmi Listia Adi (20). Sedangkan jumlah panitia ada 44 orang. Sejauh ini, sudah ada 18 peserta yang dimintai keterangan oleh polisi.

"Mereka dibuat lima regu, satu regu itu ada tujuh sampai delapan orang. Setiap regu diampu tiga atau empat orang seniornya. Kebetulan tiga orang yang meninggal ini berada dalam satu regu," ungkap Ade.

"Dari beberapa saksi yang kita periksa, ada hukuman yang meliputi push-up, sit-up , pukulan, tendangan, dan pecutan," lanjutnya.

Tiga mahasiswa itu adalah Muhammad Fadli (19) dari jurusan Teknik Elektro angkatan 2015, Syaits Asyam (19) dari Teknik Industri, dan Ilham Nurpadmy Listia Adi dari Fakultas Hukum angkatan 2015.

Tim internal UII dalam rilisnya pada Selasa (24/1) memaparkan adanya temuan awal dan perkembangan investigasi kegiatan The Great Camping (TGC), yang dilakukan pada 13-20 Januari 2017.

Polisi Sebut Pelaku Tewasnya 3 Mahasiswa UII Lebih Dari 1 Orang

Tiga orang mahasiswa UII Yogyakarta tewas karena menjadi korban kekerasan saat mengikuti Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) The Great Camping (TGC) di Gunung Lawu, Jawa Tengah. Polisi menduga ada lebih dari satu pelaku dalam kasus tersebut.

"Lebih dari satu (pelakunya). Mulai mengerucut, tinggal coba membuktikan," kata Kapolres Karanganyar AKBP Ade Safri Simanjuntak kepada detikcom, Rabu (25/1/2017) malam.

Ade menjelaskan, Diklatsar The Grand Camping (TGC) diikuti oleh 37 peserta termasuk tiga korban meninggal, yaitu Syaits Asyam (19), Muhammad Fadli (19), dan Ilham Nurfadmi Listia Adi (20). Sementara jumlah panitia ada 44 orang.

"Mereka dibuat lima regu, satu regu itu ada tujuh sampai delapan orang. Setiap regu diampu tiga atau empat orang seniornya. Kebetulan tiga orang yang meninggal ini berada dalam satu regu," ungkap Ade.

Namun saat ditanya apakah ketiga atau keempat orang tersebut adalah tersangkanya, Ade hanya tertawa. Dia masih belum mau membeberkan lebih lanjut spekulasi tersebut.

"Itu nantilah," ujarnya sambil tertawa.

Tiga mahasiswa UII yang tewas tersebut adalah Syaits Asyam (19), Muhammad Fadli (19), dan Ilham Nurfadmi Listia Adi (20). Mereka tewas setelah mengikuti Diklatsar The Grand Camping (TGC).

Tiga mahasiswa UII itu awalnya mengikuti kegiatan TGC di lereng selatan Gunung Lawu di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada 13-20 Januari 2017. Total peserta diksar ada 37 mahasiswa dari berbagai fakultas di UII, yang terdiri dari 34 peserta laki-laki dan 3 perempuan.



Menristek Kunjungi Keluarga Peserta Diklat Mapala UII Asyam Siang ini

Menristek Dikti M Nasir akan mengunjungi keluarga peserta Diksar The Great Camping (TGC) XXXVII Mapala UII yang tewas, yakni Syaits Asyam, di Sleman. Tak hanya itu, Nasir juga berencana menemui Rektor UII Harsoyo untuk membahas tewasnya tiga mahasiswa UII dalam diksar tersebut.

"Dijadwalkan pukul 12.00 WIB (Menristek) kunjungan ke rumah duka salah satu mahasiswa, Syaits Asyam, mahasiswa Teknik Industri," ujar Kabag Komunikasi Publik Kemenristek Dikti Munawir Razak kepada detikcom, Kamis (26/1/2017).

Rencananya, dari kediaman Asyam, Nasir akan menemui Rektor UII Harsoyo dan sejumlah pihak terkait di kampus UII.

"Kemungkinan (Nasir) juga akan ke rumah sakit juga (menjenguk korban luka)," imbuhnya.

Tewasnya tiga mahasiswa, yaitu Syaits Asyam (19), Muhammad Fadli (19), dan Ilham Nur Padmy Listia Adi (20), menjadi perhatian banyak pihak. Ketiganya meninggal dunia saat mengikuti diksar, yang dilaksanakan sebagai syarat menjadi anggota Mapala Unisi.

Menindaklanjuti peristiwa ini, pihak UII telah membentuk tim investigasi. Polres Karanganyar juga telah meminta keterangan dari sejumlah pihak, termasuk para peserta diksar.

Tak hanya itu, UII, yang sebelumnya membekukan kegiatan outdoor mahasiswa, kini telah membekukan Mapala Unisi secara kelembagaan untuk jangka waktu yang belum ditentukan.

Source : detik.com / Fokus Berita : Diksar Maut MAPALA UII

0 Komentar Detik Maut MAPALA UII

Posting Komentar

Back To Top